Ini merupakan kisah yang diambil dari Buku Membangun Paradigma Baru : 30 tahun Universitas Surabaya dengan judul Berburu Lahan Tenggilis, hal. 121.
BERBURU LAHAN TENGGILIS (Bagian 2)
Yayasan Kas Pembangunan Kotamadya Surabaya didirikan oleh DPRDS Kota Besar Surabaya dengan SK Nomor 50/DPRDS, tanggal 25 Juni 1954. Yayasan ini bernaung dibawah Pemda Kotamadya Surabaya, dan bersifat otonom sebagai pembangunan pemukiman. Yayasan Kas Pembangunan ini semula terdapat di seluruh Indonesia, tapi yang masih bertahan hingga kini hanya di Surabaya dan Klaten (Humas KMS, 1988:113)
Ada dua alasan mengapa pengembangan Kampus Ngagel dipilih di kawasan Tenggilis. “Kami pindah ke Tenggilis karena, pertama, Ngagel itu lahannya sangat terbatas dan untuk pengembangan tak memungkinkan lagi. Kedua, perguruan tinggi lain seperti Untag atau Unitomo kan berada di utara sungai, karena itu kami memilih di selatan sungai,”ujar Stany Soebakir, Ketua Harian Yayasan Ubaya saat itu.
Semula, Ubaya berniat mencari lahan di kawasan Sukolilo yang saat itu masih berupa sawah. Untuk lembaga pendidikan, kawasan itu dianggap ideal.Tapi akhirnya batal, karena setelah diperhitungkan kawasan ini terlalu dekat dengan air pasang. Lalu, penjajakan dialihkan ke kawasan Medokan Ayu. Tapi juga dinilai kurang pas. Akhirnya, pilihan jatuh di Tenggilis, lahan milik YKP.”Kebetulan, ada lahan seluas empat hektare milik YKP yang tidak kunjung laku. Lahan itu akhirnya dibeli Ubaya, ” ungkap Ma’mur.
Namun lahan itu masih mentah. Tanahnya tidak rata, sebagian masih berupa sawah, sebagian lagi tempat warga sekitar membuang sampah. Akhirnya, lahan itu diuruk dan diratakan. Namun masih ada masalah lain, lahan yang dibeli itu belum berupa kaplingan. Di tengah lahan itu masih terselip sejumlah tanah milik penduduk yang belum sempat dibebaskan YKP. Kemudian dilakukan pendekatan terhadap pemilik lahan agar bersedia menjual tanahnya kepada Ubaya.
“Kami coba sedikit demi sedkit menawarkan pada warga yang memiliki tanah. Harganya cukup tinggi, kami tidak menggusur. Kami fair saja, YKP menjual sekian per meter, Anda minta berapa. Akhirnya pelan-pelan, lahan itu berkembang sampai seluas sepeerti sekarang,” kata Ma’mur menjelaskan proses memperoleh lahan di Tenggilis. Luas lahan yang berhasil dibeli per 1 September 1984, 49.980 meter persegi, dan per 31 Agustus 1989 menjadi 64.216 meter persegi. …. (BERSAMBUNG BAGIAN 3)
Sumber :
SIAHAAN, Hotman M & Tjahjo Purnomo W, “Membangun Paradigma Baru : 30 Tahun Universitas Surabaya 1968-1998″, cet. 1, Surabaya : Penerbit Universitas Surabaya, Maret 1999.